makalah budidaya perkebunan kopi



PENDAHULUAN

Kopi merupakan sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan biji tanaman kopi. Kopi digolongkan ke dalam famili Rubiaceae dengan genus Coffea. Secara umum kopi hanya memiliki dua spesies yaitu Coffea arabica dan Coffea robusta (Saputra E., 2008).
Kopi termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan genus Coffea. Kopi termasuk ke dalam family Rubiaceae, subfamili Ixoroideae dan suku Coffea. Seorang bernama Linneaus merupakan orang yang pertama mendeskripsikan spesies kopi (Coffee Arabica) pada tahun 1753.
Menurut Bridson dan Vercourt pada tahun 1988, kopi dibagi menjadi dua genus yakni Coffea dan Psilanthus. Genus Coffea terbagi menjadi dua subgenus yakni Coffea dan Baracoffea. Subgenus Coffea terdiri dari 88 spesies. Sementara itu subgenus Baracoffea terdiri dari 7 spesies. Berdasarkan geografik (tempat tumbuh) dan rekayasa genetik, kopi dapat dibedakan menjadi lima. Kopi yang berasal dari Ethiopia, Madagaskar serta Benua Afrika bagian barat, tengah dan timur (Andre Illy dan Rinantonio Viani, 2005).
Tanaman kopi (Coffea spp.) merupakan komoditas ekspor unggulan yang dikembangkan di Indonesia karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran dunia. Permintaan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat karena seperti kopi Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat serta kopi Arabika mempunyai karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik dan excellent (Hilmawan, 2013).
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012).
Dalam hal perkopian di Indonesia, kopi rakyat memegang peranan yang penting, mengingat sebagian besar (93%) produksi kopi merupakan kopi rakyat. Namun demikian kondisi pengelolaan usaha tani pada kopi rakyat relatif masih kurang baik dibanding kondisi perkebunan besar Negara (PBN). Ada dua permasalahan utama yang diidentifikasi pada Perkebunan Kopi rakyat, yaitu rendahnya produktivitas dan mutu hasil yang kurang memenuhi syarat untuk diekspor. Di Sulawesi Selatan berdasarkan data Statistik Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2008, luas areal pertanaman kopi Arabika sebesar 47.181,46 ha yang melibatkan 65.178 KK petani dengan total produksi hanya sebesar 19.384,69 ton, karena produktivitasnya yang masih sangat rendah yaitu hanya sebesar 636,24 kg/ha/tahun, sementara potensi produksinya dapat mencapai 1.500 kg/ha/tahun. Demikian halnya dengan Kabupaten Enrekang yang merupakan salah satu daerah penghasil kopi Arabika di Sulawesi Selatan dari luas areal sebesar 11.384 ha dengan jumlah petani sebanyak 16.632 KK produksinya pada tahun 2008 hanya sebesar 5.350 ton karena produktivitas hanya mencapai 648,48 kg/ha/tahunnya (Hilmawan, 2013).
Saat ini peningkatan produksi kopi di Indonesia masih terhambat oleh rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi pengembangan produksi akhir kopi. Hal ini disebabkan, karena penanganan pasca panen yang tidak tepat antara lain proses fermentasi, pencucian, sortasi, pengeringan dan penyangraian. Selain itu spesifikasi alat dan mesin yang digunakan juga dapat mempengaruhi setiap tahapan pengolahan biji kopi (Hermawan, 2013).
Oleh karena itu, untuk memperoleh biji kopi yang bermutu baik maka diperlukan penanganan pasca panen yang tepat dengan melakukan setiap tahapan secara benar. Proses pengeringan merupakan salah satu tahapan yang penting dalam pemrosesan biji kopi untuk menghasilkan biji kopi yang berkualitas (Hermawan, 2013).
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perlu dibahas lebih lanjut mengenai perkembangan kopi di Indonesia agar kopi rakyat mampu menaikkan produktivitas dan mutu hasil yang memenuhi syarat untuk diekspor. Selain itu juga, perlu dibahas mengenai syarat tumbuh tanaman kopi agar produktivitas yang tinggi tetap bertahan, serta perlu dibahas juga mengenai pengolahan pasca panen pengeringan biji kopi agar dapat menghasilkan biji kopi yang berkualitas.

PEMBAHASAN
BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN KOPI (COFFEA SP)
A.    Pengertian Perkebunan
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
Lahan perkebunan merupakan lahan usaha pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah tropis atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditas perdagangan (pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan ke tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi lokal. Perkebunan dapat ditanami oleh tanaman industri seperti kelapa sawit, karet, kopi, kakao, kelapa, teh, tebu, dan sebagainya. Ukuran luas perkebunan sangat relatif dan tergantung ukuran volume komoditas yang dipasarkannya. Namun demikian, suatu perkebunan memerlukan suatu luas minimum untuk menjaga keuntungan melalui sistem produksi yang diterapkannya.
Ciri perkebunan yaitu menerapkan cara monokultur paling tidak untuk setiap blok yang ada di dalamnya terdapat instalasi pengolahan atau pengemasan terhadap komoditi yang dipanen di lahan perkebunan itu sebelum produknya dikirim ke pembeli.
Perkebunan sendiri merupakan salah sub sektor dari pertanian yang juga memiliki peranan besar bagi sektor pertanian dan perokonomian nasional.  Tanaman perkebunan memiliki dua potensi pasar yaitu di dalam dan di luar negeri. Tanaman perkebunan di dalam negeri dapat dikonsumsi langsung oleh masyarakat, diperlukan sebagai bahan baku industri. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman perkebunan memiliki arti ekonomi yang penting. Artinya, bila diusahakan secara sungguh-sungguh atau profesional bisa menjadi suatu bisnis yang menjadikan keuntungan besar (Rahardi dkk, 1993).
Tanaman perkebunan mempunyai peranan sebagai salah satu sumber devisa sektor pertanian, penyedia bahan baku industri sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri serta berperan dalam kelestarian lingkungan hidup. Pemerintah secara berangsur mengurangi petani yang tidak mempunyai tanah menjadi pemilik tanah dalam pembangunan sub sektor perkebunan. Pemilikan lahan secara bertahap dilakukan dengan program Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Tujuan dilaksanakannya pembangunan PIR adalah untuk meningkatkan taraf hidup para petani atau pengebun dengan jalan pembukaan arel-areal baru kurang produktif atas lahan kritis, serta menghentikan perladangan berpindah-pindah. Dengan proyek Perkebunan Inti Rakyat maka petani dapat menjual komoditas hasil kebunnya kepada pemerintah dengan harga pasaran ekspor serta kualitas komoditas terjamin standartnya.
Potensi sub sektor perkebunan untuk dijadikan ekspor di masa-masa mendatang sebenarnya sangat besar. Prasyarat yang diperlukan hanyalah perbaikan dan penyempurnaan iklim usaha dan struktur pasar komoditas perkebunan dari sektor hulu sampai ke hilir. Mustahil kinerja ekspor akan lebih baik jika kegiatan produksi di sektor hulu, pola perdagangan dan distribusi komoditas perkebunan domestik masih mengalami banyak hambatan.

B.    
Sejarah Kopi

Sejarah budidaya penanaman kopi dan perdagangannya bermula dari semenanjung Arab. Sepanjang abad 15 dan 16 kopi telah ditanam, dipanen dan diperdagangkan untuk dikonsumsi di seluruh tanah Mesir, Siria dan Turki. Dalam kurun waktu itu Yemen merupakan penghasil utama kopi dan bangsa Arab dengan seksama menjaga perkebunan kopi yang makin bernilai.
Pada saat itu kopi menjadi minuman utama di Negara-Negara Muslim. Kepopuleran kopi bisa jadi disebabkan oleh dua hal yaitu karena memberikan efek bugar kepada tubuh dan sebagai pengganti minuman khamar atau alkohol yang memang dilarang oleh Islam.
Kepopuleran kopi pun turut meningkat seiring dengan penyebaran agama Islam pada saat itu hingga mencapai daerah Afrika Utara, Mediterania, dan India. Kisah pengembaraan umat Muslim tidak terlepas dari kopi, kemanapun orang Muslim menyebarkan agamanya, kopi selalu dibawa. Sehingga pada abad ke-13 kopi sudah menyebar ke Afrika Utara, Negara-Negara Mediterania dan India. Pada abad ke-14 dan 15, budaya minum kopi sudah menyebar di Turki, Mesir, Syiria, Persia.
Sampai abad ke-16 seluruh produksi kopi masih dikuasai Arab. Namun pada masa ini, belum ada budidaya tanaman kopi di luar daerah Arab karena bangsa Arab selalu mengekspor biji kopi yang infertil (tidak subur) dengan cara memasak dan mengeringkannya terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan budidaya tanaman kopi tidak memungkinkan. Barulah pada tahun 1600-an, seorang peziarah India berhasil membawa biji kopi fertil keluar dari Makkah dan menumbuhkannya di berbagai daerah di luar Arab.
Kopi pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1696 dari jenis kopi Arabika. Kopi ini masuk melalui Batavia (sekarang Jakarta) yang dibawa oleh Komandan Pasukan Belanda Adrian Van Ommen dari Malabar-India, yang kemudian ditanam dan dikembangkan di tempat yang sekarang dikenal dengan Pondok Kopi (Jakarta Timur), dengan menggunakan tanah partikelir Kedaung. Sayangnya tanaman ini kemudian mati semua oleh banjir, maka tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat antara lain di Priangan, dan akhirnya menyebar ke berbagai bagian dikepulauan Indonesia seperti Sumatera, Bali, Sulawesi dan Timor.
Kopi pun kemudian menjadi komoditas dagang yang sangat diandalkan oleh VOC. Tahun 1706 Kopi Jawa diteliti oleh Belanda di Amsterdam, yang kemudian tahun 1714 hasil penelitian tersebut oleh Belanda diperkenalkan dan ditanam di Jardin des Plantes oleh Raja Louis XIV.
Ekspor kopi Indonesia pertama kali dilakukan pada tahun 1711 oleh VOC, dan dalam kurun waktu 10 tahun meningkat sampai 60 ton / tahun. Hindia Belanda saat itu menjadi perkebunan kopi pertama di luar Arab dan Ethiopia, yang menjadikan VOC memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun 1725-1780. Kopi Jawa saat itu sangat tekenal di Eropa, sehingga orang-orang Eropa menyebutnya dengan “ secangkir Jawa”. Sampai pertengahan abad ke 19 Kopi Jawa menjadi kopi terbaik di dunia.
Produksi  kopi  di Jawa mengalami peningkatan yang cukup siginificant, tahun 1830-1834 produksi kopi Arabika mencapai 26.600 ton, dan 30 tahun kemudian meningkat menjadi 79.600 ton dan puncaknya tahun 1880 -1884 mencapai 94.400 ton.
Selama 1 3/4 (Satu – tiga perempat) abad kopi Arabika merupakan satu-satunya jenis kopi komersial yang ditanam di Indonesia. Tapi kemudian perkembangan budidaya kopi Arabika di Indonesia mengalami kemunduran hebat, dikarenakan serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), yang masuk ke Indonesia sejak tahun 1876.  Akibatnya kopi Arabika yang dapat bertahan hidup hanya yang berada pada ketinggian 1000 m ke atas dari permukaan laut,  dimana serangan penyakit ini tidak begitu hebat.  Sisa-sisa tanaman kopi Arabika ini masih dijumpai di  dataran tinggi ijen (Jawa Timur), Tanah Tinggi Toraja ( Sulawesi Selatan), lereng bagian atas Bukit Barisan ( Sumatera) seperti Mandhailing, Lintong dan Sidikalang di Sumatera Utara dan dataran tinggi Gayo di Nangroe Aceh Darussalam.
Untuk mengatasi serangan hama karat daun kemudian Pemerintah Belanda mendatangkan Kopi Liberika (Coffea Liberica) ke Indonesia pada tahun 1875. Namun ternyata jenis ini pun juga mudah diserang penyakit karat daun dan kurang bisa diterima di pasar karena rasanya yang terlalu asam. Sisa tanaman Liberica saat ini masih dapat dijumpai di daerah Jambi, Jawa Tengah dan Kalimantan.
Usaha selanjutnya dari Pemerintah Belanda adalah dengan mendatangkan kopi jenis Robusta ( Coffea Canephora) tahun 1900, yang ternyata tahan terhadap penyakit karat daun dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan yang ringan, sedangkan produksinya jauh lebih tinggi. Maka kopi Robusta menjadi cepat berkembang menggantikan jenis Arabika khususnya di daerah-daerah dengan ketinggian di bawah 1000 m dpl dan mulai menyebar ke seluruh daerah baik di Jawa, Sumatera maupun ke Indonesia bagian timur.
Semenjak Pemerintah Hindia Belanda meninggalkan Indonesia, perkebunan rakyat terus tumbuh dan berkembang, sedangkan perkebunan swasta hanya bertahan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian kecil di Sumatera; dan perkebunan negara (PTPN) hanya tinggal di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

C.    Jenis-Jenis Kopi Yang Di Budidayakan

Jenis kopi yang paling populer adalah arabika. Para penikmat kopi menghargai jenis kopi arabika lebih dibanding jenis kopi lainnya. Faktor penentu mutu kopi selain jenisnya antara lain habitat tumbuh, teknik budidaya, penanganan pasca panen dan pengolahan biji.
Jenis kopi yang ada di bumi ini sangat banyak ragamnya. Namun hanya empat jenis kopi yang dibudidayakan dan diperdagangkan secara massal. Sebagian hanya dikoleksi pusat-pusat penelitian dan ditanam secara terbatas. Sebagian lagi masih tumbuh liar di alam.
Tanaman kopi mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom            : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom       : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi       : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                  : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                  : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas           : Asteridae
Ordo                   : Rubiales
Famili                 : Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus                 : Coffea
Spesies               : Coffea arabica L.

Empat jenis kopi yang banyak dibudidayakan adalah jenis kopi arabika, robusta, liberika dan excelsa. Sekitar 70% jenis kopi yang beredar di pasar dunia adalah kopi arabika. Disusul jenis kopi robusta menguasai 28%, sisanya adalah kopi liberika dan excelsa.

1.      Kopi arabika (Coffea arabica)
Kopi arabika (Coffea arabica) merupakan jenis kopi yang paling disukai karena rasanya dinilai paling baik. Syarat tunbuh iklim Jenis kopi ini disarankan untuk ditanam di ketinggian 1000-2100 meter dpl. Namun masih bisa tumbuh baik pada ketinggian diatas 800 meter dpl. Bila ditanam di dataran yang lebih rendah, jenis kopi ini sangat rentan terhadap penyakit HV.
Arabika akan tumbuh optimal pada kisaran suhu 16-20oC. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, kopi arabika membutuhkan bulan kering sekitar 3 bulan/tahun. Arabika mulai bisa dipanen setelah berumur 4 tahun. Dengan produktivitas rata-rata sekitar 350-400 kg/ha/tahun. Namun bila dipelihara secara intensif bisa menghasilkan hingga 1500-2000 kg/ha/tahun.
Syarat tumbuh tanah jenis kopi ini disarankan Ph tanahnya 5,5-6,5, kandungan bahan organik minimal 2%, kedalaman tanah efektif >100 cm, dan kemiringan tanah 40%.
Apabila telah matang, buah arabika berwarna merah terang. Buah yang telah matang mudah sekali rontok, jika dibiarkan buah tersebut akan menyerap bau-bauan yang ada ditanah sehingga mutunya turun. Arabika sebaiknya dipanen sebelum buah rontok ke tanah. Rendemen atau prosentase antara buah yang panen dengan biji kopi (green bean) yang dihasilkan sekitar 18-20%.
Para petani kopi arabika biasa mengolah buah kopi dengan proses basah. Meski memerlukan biaya dan waktu lebih lama, tapi mutu biji kopi yang dihasilkan jauh lebih baik.

Kelebihan dari Kopi arabika (Coffea arabica), diantaranya:
a.       Memiliki rasa asam yang tidak dimiliki kopi robusta
b.      Aromanya wangi sedap mirip percampuran bunga dan buah
c.       Memiliki bodi atau rasa kental saat disesap di mulut
d.      Rasa kopi arabika lebih halus
      
Kekurangan dari Kopi arabika (Coffea arabica), diantaranya:
a.       Lebih susah dipelihara
b.      Jumlah biji yang dihasilkan rendah
c.       Butuh waktu 9 bulan untuk proses bunga-buah
d.      Kadar kafein lebih sedikit dibandingkan kopi robusta

2.      Kopi robusta (Coffea canephora)
Kopi robusta (Coffea canephora) lebih toleran terhadap ketinggian lahan budidaya. Syarat tunbuh iklim Jenis kopi ini tumbuh baik pada ketinggian 400-800 m dpl dengan suhu 21-24oC. Budidaya jenis kopi ini sangat cocok dilakukan didataran rendah dimana kopi arabika rentan terhadap serangan penyakit HV. Dahulu setelah ada serangan penyakit HV yang masif, pemerintah kolonial mereplanting tanaman kopi arabika dengan kopi robusta.
Jenis kopi robusta lebih cepat berbunga dibanding arabika. Dalam waktu sekitar 2,5 tahun robusta sudah mulai bisa dipanen meskipun hasilnya belum optimal. Produktivitas robusta secara rata-rata lebih tinggi dibanding arabika yakni sekitar 900-1.300 kg/ha/tahun. Dengan pemeliharaan intensif produktivitasnya bisa ditingkatkan hingga 2000 kg/ha/tahun.
Untuk berbuah dengan baik, jenis kopi robusta memerlukan waktu panas selama 3-4 bulan dalam setahun dengan beberapa kali hujan. Buah robusta bentuknya membulat dan warna merahnya cenderung gelap. Buah robusta menempel kuat di tangkainya meski sudah matang. Rendemen kopi robusta cukup tinggi sekitar 22%.
Syarat tumbuh tanah jenis kopi ini disarankan Ph tanahnya 5,5-6,5, kandungan bahan organik minimal 2%, kedalaman tanah efektif >100 cm, dan kemiringan tanah 40%.
Para penggemar kopi menghargai robusta lebih rendah dari arabika. Karena harganya yang murah, para petani seringkali mengolah biji kopi robusta dengan proses kering yang lebih rendah biaya.

Kelebihan dari Kopi robusta (Coffea canephora), diantaranya:
a.       Rasa lebih netral dan aroma kopi lebih kuat
b.      Kadar kafein lebih tinggi dibandingkan kopi arabika
c.       Jumlah biji yang dihasilkan tinggi
d.      Warnanya bervariasi sesuai dengan cara pengolahan
e.       Memiliki rasa yang lebih seperti cokelat
     
Kelebihan dari Kopi robusta (Coffea canephora), diantaranya:
a.       Lebih rentan diserang serangga
b.      Memiliki tekstur yang lebih kasar dibandingkan kopi arabika
c.       Butuh waktu yang lebih lama untuk proses bunga sampai buah yaitu 10-11 bulan

3.      Kopi liberika (Coffea liberica)
Kopi liberika (Coffea liberica) bisa tumbuh dengan baik didataran rendah dimana robusta dan arabika tidak bisa tumbuh. Jenis kopi ini paling tahan pada penyakit HIV dibanding jenis lainnya. Mungkin inilah yang menjadi keunggulan kopi liberika. Ukuran daun, percabangan dan tinggi pohon jenis kopi liberika lebih besar dari arabika dan robusta.
Kopi liberika mutunya dianggap lebih rendah dari robusta dan arabika. Ukuran buahnya tidak merata, ada yang besar ada yang kecil bercampur dalam satu dompol. Selain itu rendemen kopi liberika juga sangat rendah yakni sekitar 12%. Hal ini yang membuat para petani malas menanam jenis kopi ini.
Produtivitas jenis kopi liberika ada pada kisaran 400-500 kg/ha/tahun. Liberika dapat berbunga sepanjang tahun dan cabang primernya dapat bertahan lebih lama. Dalam satu buku bisa berbunga lebih dari satu kali. Di Indonesia, jenis kopi ini ditanam di daerah Jawa dan Lampung.

4.      Kopi excelsa (Coffea excelsa)
Kopi excelsa (Coffea excelsa) merupakan salah satu jenis kopi yang paling toleran terhadap ketinggian lahan. Kopi ini bisa tumbuh dengan baik didataran rendah mulai 0-750 meter dpl. Selain itu, kopi excelsa juga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan.
Pohon kopi excelsa bisa menjulang hingga 20 meter. Bentuk daunnya besar dan lebar dengan warna hijau keabu-abuan. Kulit buahnya lembut, bisa dikupas dengan mudah oleh tangan. Kopi excelsa memiliki produktivitas rata-rata 800-1.200 kg/ha/tahun. Kelebihan lain jenis kopi excelsa adalah bisa tumbuh di lahan gambut. Di Indonesia, excelsa ditemukan secara terbatas di daerah Tanjung Jabung Barat, Jambi.

D.    Cara Budidaya Tanaman Kopi

Pelaksanaan budidaya tanaman kopi ini dilakukan dengan cara: pembiakan secara vegetative (setek sambung) dan pembiakan secara generative (dari kebun sendiri).
1.      Setek sambung
Dimana langkah awal adalah mempersiapkan bahan tanaman yaitu batang bawah dan batang atas selain itu peralatan yang disiapkan adalah pisau sebagai pemotong batang juga harus tersedia. Stek batang bawah ditanam terlebih dahulu selama kurang lebih 2-3 bulan, setelah tumbuh akar pada batang bawah maka dipersiapkan bahan tanaman batang atas.
Stek sambung merupakan cara memperbanyak tanaman kopi dengan menyatukan antara batang atas dan batang bawah. Setelah bahan stek sudah siap untuk selanjutnya disambung. Penyambungan dilakukan oleh banyak pekerja untuk mempercepat proses penyambungan. Setelah selesai proses penyambungan hasil sambungan ditanam pada media tanah yang telah di letakkan pada poliybeg, setelah itu hasil proses penyambungan bibit telah siap ditanam dilahan kebun kopi yang disediakan.
2.      Dari kebun sendiri
            Biji diambil dari pohon yang telah diketahui mutunya. Pohon induk yang produksinya cukup tinggi, tahan terhadap nemathoda, bubuk buah maupun bubuk batang, atau dengan kata lain yang tahan terhadap hama dan penyakit.
            Balai penelitian perkebunan, bersumber dari kebun percobaan yang menghasilkan biji teruji keunggulannya. Untuk perbanyakan tanaman di lapangan diperlukan bibit siap salur dengan kriteria sebagai berikut:
a.       Sumber benih                                : harus berasal dari kebun induk atau perusahaan      yang telah ditunjuk.
b.      Umur bibit                                     : 8-12 bulan
c.       Tinggi                                            : 20-40 cm
d.      Jumlah minimal daun tua              : 5-7
e.       Jumlah cabang primer                   : 1
f.       Deameter batang                           : 5-6 cm
3.      Bibit tanaman kopi asal kultur jaringan
Bahan yang digunakan adalah potongan daun kopi muda yang masih berwarna hijau kemerahan atau hijau segar. Daun tersebut dipotong kecil-kecil berukuran kurang lebih 5 mm berbentuk segi empat atau kotak. Potongan daun tadi ditanam di dalam cawan kecil yang berisi campuran bahan-bahan khusus yang telah dibuat dan diperhitungkan untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi potongan daun kopi tersebut.
Campuran bahan-bahan ini dinamakan “media”. Untuk membuat potongan daun mampu tumbuh dan berkembang, tentunya perlu beberapa perlakuan khusus agar dapat berhasil membentuk bibit yang sempurna. Perlakuan ini dilakukan di laboratorium. Rumah kaca, dan tempat persemaian di kebun. Perlakuan yang diberikan di laboratorium meliputi jenis media, macam dan kadar zat pengatur tumbuh, kondisi penanaman yang paling sesuai, dan sebagainya. Sebelum menjadi tanaman, potongan daun tersebut akan membentuk gumpalan-gumpalan yang berwarna utih kekuningan dank rem, berbentuk bulat atau lonjong yang disebut sebagai “kalus”. Selanjutnya kalus ini akan tumbuh dan berkembang menjadi calon atau bakal bibit yang disebut “embrio”. Dalam beberapa  percobaan,ada juga dari potongan daun langsung membentuk embrio. Embrio inilah yang akan tumbuh dan berkembang menjadi bibit yang kecil. Selanjutnya, bibit dipindah kedalam botol yang sesuai dengan ukuran bibit agar tumbuh dan berkembang lebih jauh menjadi lebih besar
Persiapan biji kopi untuk bibit, diantaranya:
a.       Cara memilih dan memelihara biji kopi untuk bibit
Buah yang dipungut adalah yang masak, kemudian dipilih yang baik, tidak cacat dan yang besarnya normal.jika biji ini tidak memenuhi syarat harus disingkirkan. Jika buah/biji kopi yang memenuhi syarat kemudian dikerjakan sebagai berikut:
1.      Biji dikelupas kulitnya, diinjak-injak dengan kain, tetapi kulit tanduk tidak sampai lepas.
2.      Lender yang melekat dibersihkan, dengan jalan mencuci atau digosok permukaannya dengan abu dapur.
3.      Setelah bersih biji dikering anginkan satu atau dua hari, tidak langsung terkena sinar matahari, melainkan kering angin.
4.      Biji-biji yang sudah kering, selanjutnya diadakan pemilihan yang kedua kalinya.jika biji kopi itu hampa dan bentuknya jelek, harus di sortasi, tidak perlu disemaikan.
b.      Cara menyimpan biji kopi
Biji-biji kopi yang telah dipilih dalam keadaan kering dapat terus disemaikan untuk menunggu musim persemaian yang tepat, biji dapat disimpan untuk sementara waktu. Dan untuk menghindari terjadinya hama bubuk atau memetikanbubuk yang mungkin ada, maka biji-biji kopi tersebut bias dimasukkan dalam peti dengan jalan:
Pada dasar peti diberi lapisan kain yang diberi minyak terpenting dengan dosis 1 cc /100 cm2. Dan diatas kain pada lapisan biji setebal 5 cm , diberi kain lagi yang diberi minyakterpenting pula, demikian seterusnya sehingga pti itu penuh. Bila peti itu sudah penuh , kemudian ditutup rapat-rapat dan dibiarkan selam 3 hari 3 malam agar semua hama mati karenanya.
Kalau penyimpananitu berlangsung agak lama, maka biji tersebut perlu dicampur dengan bubuk arang yang dibasahi dengan air, dengan perbandingan 1 kg bubuk arang: 150 cc air. Perbandingan antara biji dan bubuk arang yakni 3:1. Atau 3 kg biji campur 1 kg bubuk arang yang telah dibasahi tadi.
c.       Lamanya penyimpanan biji kopi
Penyimpanan biji tidak boleh terlalu lama, sebab jika terlalu lama daya tumbuhnya akan menurun atau akan habis sama sekali. Biji-biji kopi yang baru akan tumbuh 90-100%, sedang yang disimpan sekitar 6 bulan daya tumbuhnya 60-70%. Sebaiknya penyimpanannya jangan sampai lebih dari 3 bulan dan yang paling baik ialah bila penyimpanan itu dilakukan sekitar dua bulan. Penyimpanan dimasukkan kedalam ruangan yang gelap dan sejuk.
Penaburan biji kopi: bibit kopi dapat ditanam setelah umur 8-9 bulan. Maka penaburan biji kopi dipersemaikan harus memperhatikan rencana penanaman. Kalau bibit kopi ditanam sebagai zaaling, maka baiklah bila biji itu ditaburkan pada bulan januari/februari. Dengan demikan kelak musim tanam tiba bibit sudah berumur 10-11 bulan.
d.      Persemaian biji kopi
Persyaratan tempat persemaian biji kopi, sebagai berikut: 
1.      Tanah sedapat mungkin dipilih yang agak datar, subur, dan banyak mengandung bung tanah.
2.      Dekat perumahan dan sumber air, agar memudahkan pengamatan dan pemeliharaan pada musim kemarau, terutama dalam melakukan penyiraman.
3.      Ada pohon pelindung, agar dapat menahan terik matahari dan percikan air hujan yang lebat, sehingga merusakkan bibit.
4.      Terhindar dari bibit penyakit dan hama, tempat-tempat yang akan dipergunakan sebagai persemaian sebaiknya diselidiki terlebih dahulu terhadap kemungkinan adanya infeksi penyakit dan hama. Sehingga apabila ada bibit penyakit dan hama. Sehingga apabila ada bibit penyakit atau hama harus diadakan pencegahan/pemberantasan.
5.      Semprotkan larutan MiG-6PLUS (10ml MiG: 1 liter air) tipis pada permukaan lahan persemaian. Untuk lahan persemaian biji kopi ada dua tingkat, yaitu: tingkat percambahan dan dederan bibit pemindahan dari perkecambahan.
e.       Perkecambahan biji kopi
            Semua biji dibenamkan pada lapisan pasir menghadap kebawah, artinya bagian punggung diatas, dan bagian perut menghadap kebawah. Pembenaman dilakukan sedemikian rupa sehingga bagian teratas kelihatan rata dengan lapisan pasir. Biji dibenamkan secara berderet dalam satu baris, jarak antar baris larikan yang satu dengan yang lainnya 5 cm. sedangkan jarak antar biji dengan biji 2,5 cm. setiap 1 m bias memuat 2.000-3.000 biji kopi, hal ini sangat tergantung pada besar kecilnya biji dan jenisnya.
            Biji yang ditaburkan bias dengan kulit biji tanduk atau tanpa kulit tanduk tetapi lebih baik biji kopi tersebut dilepas kulit tanduknya, sehingga mereka akan lebih cepat tumbuh dan tidak menjadi sarang penyakit.
            Setelah selesai pembenaman, biji-biji kopi tersebut diberi pasir lagi, tipis-tipis saja. Tempat perkecambahan ini harus  dijag supaya tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban biji-biji tersebut, diatas bedengan yang tertutup pasir diusahakan ditutup dengan ilalang atau jerami yang dipotong-potong antara 0,5-1 cm, kemudian diadakan penyiraman dua atau tiga kali sehari. Setelah berumur 4-8 minggu, biji kopi akan bercambah, kemudian dapat dipindahkan kepersemaian atau tempat dederan. Semai dalam tingat ini sudah berumur 2-3 bulan selanjutnya dapat dipindahkan ke persemaian.
f.       Dederan bibit kopi
            Kecambah kopi yang dipindahkan dapat berupa serdadu (soldatje) atau kepel (kecambah yang kepingnya sudah membuka). Kecambah kopi yang dipindahkan kepersemaian harus dilakukan dengan sangat hati-hati supaya akar tidak rusak. Pemindahan ini tidak boleh dicabut, melainkan harus dicongkel dengan sembilah bambuatau solet. Sebelum bibit dipindahkan kepersemaian harus diseleksi bentuk perakarannya terlebih dahulu, karena akar yang pertumbuhannya bengkok kurang baik, tanaman menjadi kerdil. Penanaman harus dilakukan dengan hati-hati sekali, dengan maksud supaya akar dan batang kepala tidak rusak. Untuk keperluan tersebut tempat-tempat yang akan ditanamiharus dibuat lubang terlebih dahulu dengan suatu alat tertentu, misalnya bilah bamboo atau tusuk. Kemudian barulah bagian akar dan batang ditempelkan pada salah satu sisi lubang dengan tangan kiri, dan tangan kanan melakukan pemadatan tanah dengan hati-hati. Jarak antara daun kepalan dengan tanah kurang 3 cm.
            Dalam rangka penyebaran bahan tanam ini secara luas dan cepat maka diperlukan teknologi yang sesuai untuk mem-percepat perkembangbiakan klon-klon tersebut. Kultur jaringan merupakan alternatif yang sesuai diterapkan untuk memproduksi bahan tanam kopi dalam jumlah besar dan dalam waktu relatif singkat.
            Embriogenesis somatik langsung telah berhasil diterapkan untuk per-banyakkan klon unggul kopi robusta BP 308 dan kopi arabika USDA 762. Keunggulan teknik embriogenesis langsung adalah bibit yang dihasilkan secara genetis sama dengan induknya. Disamping itu dalam waktu yang relatif singkat dapat diperoleh bahan tanam dalam jumlah besar karena dari satu potongan eksplan dapat dihasilkan ribuan bibit dalam waktu satu tahun.
E.     Hama Dan Penyakit Yang Menyerang Kopi
1.      Hama
Menurut Puslitkoka (2006), hama utama pada tanaman kopi adalah:
a.       Nematoda parasit, yaitu Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis. Pengendalian disarankan menggunakan metode kimiawi seperti karbofuran (Curaterr 3 G) ataupun tanaman tahan, seperti klon BP 961.
b.      Hama penggerek buah kopi, yaitu Hypothenemus hampei. Untuk pengendalian disarankan melakukan pengaturan naungan agar pertanaman tidak terlalu gelap, atau penggunaanparasitoid Cephalonomia stephanoderis ataupun menggunakan tanaman yang masak serentak seperti USDA 762 untuk arabika dan BP 234 dan BP 409.
c.       Kutu dompolan atau kutu putih Planococcus citri, yang disarankan dikendalikan dengan pengaturan naungan, maupun cara kimia dengan insectisida propoksur (poxindo 50 WP).
d.      Kutu hijau (Coccus viridis) atau kutu coklat (Saesetia coffeae), pengendalian yang disarankan dengan pemeliharaan dan pemupukan yang berimbang atau cara kimia menggunakan tepung Sividol atau Karbaril maupun penyemprotan insektisida (Anthio 330n EC).
e.       Penggerek cabang Xylosandrus spp. yang dikendalikan dengan memotong cabang terserang, pemangkasan, dan membakar ranting-rantingnya.
f.       Penggerek batang merah Zeuzera coffeae, disarankan dikendalikan dengan memotong batang terserang maupun cara kimia dan biologis lainnya.

2.          Penyakit
Rendahnya produksi nasional kopi Arabika tidak terlepas dari terbatasnya lahan yang sesuai untuk penanamannya, yaitu berupa persyaratan ketinggian tempat penanaman di atas 1000 m di atas permukaan laut. Pada lahan tinggi tersebut selain aroma kopi Arabika lebih baik, serangan jamur penyebab penyakit karat daun, Hemileia vastatrix B. et Br. juga akan terhambat. Sementara itu lahan yang masih tersedia sebagian besar terletak pada lahan ketinggian menengah (700 – 900 m dpl.), yaitu suatu area yang selama ini telah banyak ditanami kopi Robusta. Jadi salah satu cara menghindari penyakit karat daun pada kopi arabika adalah dengan menanam pada lahan dengan ketinggian yang cukup, yaitu di atas 1000 m dpl.
Menurut Puslitkoka (2006), penyakit utama pada tanaman kopi adalah :
a.       Karat daun, dikendalikan dengan menanam tanaman tahan (misal S 795) serta pemangkasan dan pemupukan agar tanaman cukup kuat dan bugar serta menggunakan cara kimiawi dengan fungisida kontak (misal Cupravit OB 21, dll.).
b.      Bercak daun, dikendalikan dengan pemberian naungan yang cukup tapi pertanaman tidak lembab serta cara kimiawi dengan penyemprotan Bavistin 50 WP, dll.
c.       Jamur upas, dikendalikan dengan memotong batang sakit dan dibakar potongan-potongan tersebut ataupun dengan pemberian fungisida Calixin RP, dll.
d.      Busuk buah dan busuk cabang, dikendalikan dengan memetik buah terserang dan buah tersebut dibakar atau dipendam ataupun cara kimiawi dengan pemberian fungisida Delsene MX 200 atau sejenisnya.
e.       Jamur akar coklat, dikendalikan dengan membongkar akar tanaman yang terserang lalu dibakar dan bekasnya tidak ditanami lagi minimal 2 tahun.
f.       Penyakit rebah batang, dikendalikan dengan pengaturan naungan agar cukup sinar matahari ataupun menyemprot pembibitan dengan Delsene MX 200.































KESIMPULAN

Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
Jenis kopi yang paling populer adalah arabika. Para penikmat kopi menghargai jenis kopi arabika lebih dibanding jenis kopi lainnya. Faktor penentu mutu kopi selain jenisnya antara lain habitat tumbuh, teknik budidaya, penanganan pasca panen dan pengolahan biji.
Jenis kopi yang ada di bumi ini sangat banyak ragamnya. Namun hanya empat jenis kopi yang dibudidayakan dan diperdagangkan secara massal. Sebagian hanya dikoleksi pusat-pusat penelitian dan ditanam secara terbatas. Sebagian lagi masih tumbuh liar di alam.
Tanaman kopi mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom            : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom       : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi       : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                  : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                  : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas           : Asteridae
Ordo                   : Rubiales
Famili                 : Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus                 : Coffea
Spesies               : Coffea arabica L.





DAFTAR PUSTAKA

Ansyah, R. (2014, November 13). Makalah Budidaya Tanaman Tahunan Materi Kopi. Retrieved maret 31, 2017, from http://rudyemufc.blogspot.co.id/2014/11/makalah-budidaya-tanaman-tahunan-materi.html.
Dafhie. (2014, maret 17). Budidaya Tanaman Kopi. Retrieved maret 31, 2017, from http://budidayatanamanperkebunan.blogspot.co.id/2014/03/budidaya-tanaman-kopi.html.
Hilmawan, H. (2013, mei 27). Makalah Kopi. Retrieved maret 31, 2017, from http://himanhilmawan3.blogspot.co.id/2013/05/makalah-kopi.html.
Khairina, S. (2015, Mei 21). Karya Tulis Ilmiah Budidaya Tanaman Kopi. Retrieved Maret 31, 2017, from http://kursikuwarnamerah.blogspot.co.id/2015/05/karya-tulis-ilmiah-budidaya-tanaman-kopi.html.
Laily, I. (2017, maret 30). Makalah Budidaya Kopi. Retrieved maret 31, 2017, from https://ikalaily.blogspot.co.id/2017/03/makalah-budidaya-kopi.html.


Komentar

  1. Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
    Jenis kopi yang paling populer adalah arabika. Para penikmat kopi menghargai jenis kopi arabika lebih dibanding jenis kopi lainnya. Faktor penentu mutu kopi selain jenisnya antara lain habitat tumbuh, teknik budidaya, penanganan pasca panen dan pengolahan biji. Jenis kopi yang ada di bumi ini sangat banyak ragamnya. Namun hanya empat jenis kopi yang dibudidayakan dan diperdagangkan secara massal. Sebagian hanya dikoleksi pusat-pusat penelitian dan ditanam secara terbatas. Sebagian lagi masih tumbuh liar di alam. By : Negara Penghasil Kopi Terbesar Di Dunia

    BalasHapus
  2. Kopi arabika gayo yang di tanam pada ketinggian 1000-1700 m dpl dengan topograpi berbukit bergunung dan bergelombang penghasil kopi terbesar se asia tenggara dengan luasan lebih kurang Aceh tengah 49000 ha. Bener Meriah 46000ha dan gayo lues 5000 ha. Punya cita rasa yg sangat spesifik dan sangat diminati oleh seluruh dunia

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah budidaya tanaman perkebunan karet